Profil Desa Sambirata
Ketahui informasi secara rinci Desa Sambirata mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Menjelajahi kisah sukses desa wisata yang berhasil mengelola pesona alam Curug Tujuh Bidadari secara profesional melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang inovatif dan mandiri.
-
Model Tata Kelola Wisata oleh BUMDes
Keunggulan utama Desa Sambirata terletak pada keberhasilannya mengelola potensi wisata alam secara profesional dan mandiri melalui BUMDes, yang menjadi motor penggerak ekonomi desa.
-
Destinasi Wisata Alam Curug Tujuh Bidadari
Desa ini merupakan rumah bagi Curug Tujuh Bidadari, sebuah objek wisata alam unik berupa kompleks tujuh air terjun yang menjadi magnet utama bagi wisatawan.
-
Ekonomi Desa yang Terdiversifikasi
Perekonomian Sambirata ditopang oleh dua pilar yang kuat, yaitu sektor pariwisata yang modern dan inovatif, serta sektor pertanian tradisional yang tetap produktif.

Di tengah persaingan destinasi wisata alam di lereng Gunung Slamet, Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok, muncul dengan sebuah kisah sukses yang menginspirasi. Desa ini bukan hanya menawarkan keindahan alam berupa jajaran air terjun yang memukau, tetapi juga menyajikan sebuah model tata kelola pariwisata berbasis komunitas yang profesional dan mandiri. Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dikelola secara serius, Sambirata berhasil mengubah potensi alamnya menjadi mesin penggerak kesejahteraan yang berkelanjutan.
Kisah Desa Sambirata ialah tentang bagaimana sebuah desa mengambil alih kemudi atas nasibnya sendiri. Mereka tidak hanya pasif menjadi lokasi, melainkan menjadi subjek dan manajer utama dari pariwisatanya. Keberhasilan dalam mengelola objek wisata Curug Tujuh Bidadari menjadi bukti nyata bahwa dengan visi, kolaborasi dan tata kelola yang baik, sebuah desa mampu berdiri di atas kaki sendiri dan meraih kemandirian ekonomi.
Geografi, Lanskap, dan Demografi Desa
Desa Sambirata secara administratif terletak di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas. Wilayahnya berada di kawasan perbukitan yang memiliki kontur bervariasi dan dialiri oleh beberapa sungai kecil. Lanskap ini didominasi oleh hutan rakyat dan lahan pertanian, menciptakan suasana yang asri dan menjadi habitat ideal bagi terbentuknya pesona alam seperti air terjun.
Desa ini memiliki luas wilayah sekitar 5,21 kilometer persegi (521 hektar). Menurut data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Sambirata dihuni oleh 8.075 jiwa. Dengan data tersebut, tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.549 jiwa per kilometer persegi. Sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani, khususnya penderes nira kelapa, petani padi, dan kini semakin banyak yang terlibat dalam sektor pariwisata sebagai pelaku usaha maupun tenaga kerja.
Sejarah Sambirata: Dari `Tanah Datar` ke Desa Berdaya
Nama "Sambirata" diyakini berasal dari gabungan dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu Sambi yang merujuk pada nama sejenis pohon (Pohon Kesambi - Schleichera oleosa) dan Rata yang berarti "datar." Secara harfiah, nama ini bisa diartikan sebagai "kawasan datar yang banyak ditumbuhi pohon Sambi." Penamaan ini memberikan gambaran tentang sebuah pemukiman kuno yang berada di area yang relatif datar dan subur di tengah perbukitan, sebuah lokasi yang ideal untuk mendirikan desa.
Dari fondasi sebagai desa agraris yang mapan inilah, masyarakat Sambirata kemudian memiliki modal sosial dan sumber daya untuk melangkah lebih jauh, yaitu mengembangkan potensi lain yang mereka miliki: keindahan alam.
Pesona Curug Tujuh Bidadari: Magnet Wisata Utama
Daya tarik utama yang mengangkat nama Desa Sambirata ialah objek wisata alam Curug Tujuh Bidadari. Berbeda dari air terjun tunggal pada umumnya, destinasi ini menawarkan sebuah kompleks yang terdiri dari tujuh curug atau air terjun dengan ketinggian dan karakteristik yang berbeda-beda, yang semuanya berada dalam satu kawasan aliran sungai.
Pengalaman yang ditawarkan kepada pengunjung bukan sekadar menikmati satu air terjun, melainkan sebuah petualangan menyusuri jalur setapak untuk menemukan ketujuh "bidadari" tersebut. Setiap curug memiliki nama dan pesonanya sendiri, memberikan sensasi penjelajahan yang unik. Nama "Bidadari" sendiri seringkali dikaitkan dengan legenda lokal tentang para bidadari dari kahyangan yang pernah singgah untuk mandi di tempat tersebut, menambah daya tarik mistis dan budaya pada destinasi ini.
BUMDes "Sambi Kencana": Motor Penggerak Profesionalisme Wisata
Kunci keberhasilan pariwisata di Sambirata terletak pada manajemen pengelolaannya. Jika sebelumnya objek wisata ini dikelola secara swadaya dan kurang terorganisir, kini pengelolaannya telah diambil alih sepenuhnya oleh BUMDes Sambi Kencana. Langkah ini menjadi titik balik yang mengubah segalanya.
Manajemen Profesional dan Terpadu
BUMDes Sambi Kencana menerapkan prinsip-prinsip manajemen modern dalam mengelola Curug Tujuh. Hal ini meliputi:
- Sistem Tiketing yang JelasPenerapan tiket masuk resmi yang pendapatannya masuk ke kas BUMDes.
- Pembangunan FasilitasPembangunan fasilitas penunjang yang layak seperti area parkir, toilet bersih, mushala, gazebo, dan pusat kuliner (food court).
- Keamanan dan KenyamananMenyiapkan petugas keamanan, pemandu wisata lokal, dan memasang papan-papan peringatan di titik-titik rawan untuk menjamin keselamatan pengunjung.
- Promosi dan PemasaranAktif mempromosikan destinasi melalui media sosial dan menjalin kemitraan dengan agen-agen perjalanan.
Dampak Ekonomi Langsung bagi Desa
Model pengelolaan melalui BUMDes memastikan bahwa keuntungan dari pariwisata tidak lari ke kantong investor luar, melainkan kembali ke desa. Sebagian keuntungan disetorkan sebagai Pendapatan Asli Desa (PADes) yang dapat digunakan untuk program-program pembangunan desa lainnya. Selain itu, BUMDes juga menciptakan lapangan kerja baru bagi warga lokal, mulai dari petugas loket, juru parkir, tenaga kebersihan, hingga pemandu wisata.
Diversifikasi Ekonomi: Pertanian sebagai Penopang Abadi
Meskipun pariwisata telah menjadi sumber pendapatan baru yang signifikan, masyarakat Sambirata tidak meninggalkan sektor pertanian yang telah menjadi penopang hidup mereka selama berabad-abad. Pertanian tetap menjadi pilar ekonomi yang kokoh. Komoditas utama yang dihasilkan antara lain gula kelapa, padi, serta aneka buah-buahan. Diversifikasi ekonomi ini menjadikan desa lebih tangguh, karena tidak hanya bergantung pada satu sektor saja yang mungkin rentan terhadap guncangan (misalnya, penurunan jumlah wisatawan saat pandemi).
Tantangan Keberlanjutan dan Visi Desa Wisata Mandiri
Sebagai desa wisata yang sedang naik daun, Sambirata menghadapi tantangan ke depan. Menjaga keseimbangan antara jumlah pengunjung dengan daya dukung lingkungan ialah prioritas utama untuk mencegah kerusakan alam. Persaingan dengan destinasi lain juga menuntut adanya inovasi berkelanjutan untuk menjaga daya tarik Curug Tujuh.
Visi jangka panjang Desa Sambirata ialah menjadi desa wisata mandiri yang terintegrasi. Rencana pengembangan ke depan dapat mencakup:
- Pengembangan AkomodasiMendorong tumbuhnya homestay atau penginapan yang dikelola warga untuk menampung wisatawan yang ingin bermalam.
- Paket Wisata TerpaduMembuat paket wisata yang menggabungkan petualangan di curug dengan pengalaman budaya, seperti belajar membuat gula kelapa atau mengikuti keseharian petani.
- Penguatan Kapasitas SDMTerus memberikan pelatihan di bidang pelayanan, pemanduan, dan manajemen bagi para pengelola BUMDes dan pelaku wisata.
Desa Sambirata telah menunjukkan sebuah jalan baru bagi pembangunan desa. Dengan mengambil kendali atas aset mereka sendiri dan mengelolanya secara profesional, mereka tidak hanya berhasil menjual keindahan alam, tetapi juga membangun kebanggaan dan kemandirian komunal. Kisah mereka merupakan cetak biru tentang bagaimana pariwisata dapat menjadi alat pemberdayaan yang efektif ketika subjek utamanya ialah masyarakat desa itu sendiri.